Jakarta, SIBER88.CO.ID_Kapolda Metro Jaya Irjen Fadhil Imran dalam keterangan persnya di Polda Metro Jaya, didampingi Pangdam Jaya, menyatakan bahwa telah terjadi insiden penganiayaan terhadap tokoh aktivis penggiat anti radikalisme & intoleran, Ade Armado, serta terjadinya penyerangan terhadap enam petugas Kepolisian di depan gedung DPR RI Senayan Jakarta Selatan pada hari Senin 11 Mei 2022 saat terjadinya unjuk rasa BEM SI yang mengakibatkan para korban mengalami luka berat sehingga harus dirawat di rumah sakit.
Para pengunjuk rasa menuntut diturunkanya Jokowi sebagai Presiden RI, akibat isue sepihak perpanjangan jabatan 3 periode yang senantiasa di sengaja digoreng oleh kelompok oposisi yang anti pemerintah.
Anton Charliyan Mantan Kadiv Humas Polri yang juga saat ini merupakan salah satu tokoh Jabar penggiat anti radikalisme & intoleran turut berbicara menyatakan rasa keprihatinan yang sangat dalam, dan sangat menyesalkan atas terjadinya insiden tersebut.
Menurutnya dengan kejadian tersebut membuktikan bahwa aksi sudah tidak lagi sebagai suara murni gerakan aksi para mahasiswa, tetapi jelas-jelas sudah ditunggangi oleh para penumpang gelap yang memang sudah ngebet ingin segera berkuasa dengan cara inkontitusional, dengan menghalalkan segala cara, salah satunya mencoba memancing di air keruh dengan membuat kerusuhan pada saat aksi demo,dimana pola ini merupakan pola klasic yang dikenal dengan ” Martir ” yakni para pengunjuk rasa mencoba membuat kerusuhan menyerang petugas yang diharapkan oleh mereka, para petugas tersebut terpancing emosinya dan balik menyerang mereka, sehingga mereka terluka bahkan akan sangat bagus bila sampai meninggal dunia, sehingga akan menempatkan diri mereka sebagai korban atau playing victim.
Dengan demikian ada alasan untuk membuat kerusuhan yg lebih besar sampai terjadinya cheos , sebuah teknik kotor & licik untuk bisa menjatuhkan pemerintah , namun Alhamdulillah sudah terbaca dari jauh-jauh hari sebelumnya oleh para intelijen , sehingga hari ini mereka gagal melakukan missinya.
Sebuah tactik kuno yang memang sangat efektif yang masih sering dilakukan oleh para perusuh untuk menciptakan situasi cheos di berbagai negara. Jadi apabila ada yang meninggal dalam sebuah aksi demo, hal tersebut memang sengaja di setting untuk mencari mati, bahkan bila perlu dieksekusi oleh kelompoknya sendiri yang menyamar sebagi petugas yang tidak dikenal, sehingga dg demikian akan sangat mudah untuk menyerang, menyalahkan, menyudutkan dan menjatuhkan pemerintah.
“Kenapa hal ini kita sampaikn kepada publik walaupun kami yakin nasyarakatpun banyak sekali yang sudah faham akan hal ini, hanya sekedar untuk mengingatkan kembali dan mewaspadai cara-cara busuk & licik mereka, jangan sampai salah satu kerabat keluarga kita ikut-ikutan, malah nantinya yang jadi korban ” Martir “ketika ikut aksi demo. Serta langsung ikut-ikutan menyalahkan pemerintah dengan serta merta,padahal para ambisius dan politikus busuk, memang sengaja menjadikan para pendemo sebagai “Wadal” untuk bisa mencapai & menduduki kursi Kekuasaannya dengan menghalalkan segala cara,”papar Abah Anton(12/4/2022).
“Namun sayangnya giliran para petugas yang jadi korban, bahkan banyak yg sampai meninggal dunia.., siapa yg mau peduli dan menyuarakan Penderitaan mereka, padahal para petugas juga sama sbg seorang manusia, yg punya abak istri dan kekuarga , yg saat itu hanya menjalankan Tugas saja, yg sama-sama duduk sebagai korban kekerasan,”lanjut mantan Kapolda Kabar tersebut.
“Tidak pernah kita saksikan Komnas HAM turun menyuarakan petugas sebagi korban HAM, sekalipun petugas sampai meninggal dunia, lain hal nya jika para demonstran yang jadi korban, suaranya pasti sampai ke ujung dunia. Lalu jika demikian untuk siapakah HAM tersebut. sesungguhnya, apakah jika para petugas sebagai korban tidak dianggap lagi sbg manusia dan dihapus HAM nya karena berstatus sbg petugas negara,karena mungkin rumusan HAM yg dianggap manusia hanya para pengunjuk rasa tidak termasuk petugas negara,”tukas abah Anton.
“Maka dari itu dg Kejadian di Senayan , entah yg ke berapa ribu kali petugas menjadi korban, kiranya bisa di jadikan moment yg tepat utk membuat regulasi tindakan keras dan tegas thd siapapun yg menyerang petugas negara , baik TNI,POLRI Satpol PP dll sbg perlindungan dan HAM bagi Petugas Negara di lapangan, Berlakukan hukum yg sekeras2nya seperti yg sudah dilakukan oleh Negara maju seperti Eropa dan Amerika, jika perlu hukuman seumur hidup bahkan hukuman mati bila mengakibatkan para perugas sbg abdi Negara Gugur meninggal Dunia akibat ulah perbuatan mereka. sehingga dg demikian masyarakatpun akan berpikir seribu kali utk menyerang para abdi negara yg sdng bertugas, jangan sampai menunggu para abdi negara jadi korban berikutnya lagi apalagi menunggu sampai ada yg gugur meninggal dunia. Karena kami yakin Tactik Martir ini akan selalu di jadikan tactik Terpaporit dlm setiap kesempatan. Bila HAM para petugas tidak terlindungi dg Pasti secara Hukum, akan banyak sekali abdi Negara menjadi korban aksi Balas dendam mereka tanpa ada hukuman yg keras dan tegas,”harapnya.
“Sekali lagi saya sbg Pribadi dan rekan-rekan yg masih cinta NKRI, turut prihatin yang sedalam-dalamnya atas terjadinya penyerangan thd saudara seperjuangan kami Bung Ade Armando dan para abdi negara terbaik yg luka-luka pada saat menjalankan tugas dilapangan. Serta kami mohon pemerintah jngn hanya menghukum para penyerangnya tapi harus nampu mengusut tuntas para acktor intelektual yg ada dibalik semua ini sampai keakar2nya, 1000% pasti ada Dalang dibalik aksi yg sangat terencana ini, yg sengaja menjual Nama Campus & Mahasiswa sbg Covernya, karena jika dibiarkan berpotensi utk terus merongrong dan membuat gaduh, dan kami yakin tidak akan berhenti sampai disini saja , akan terus berjilid2, sampai pemerintah jatuh. Disamping itu rasa salut kami sampaikan , Apresuasi yg setinggi-tingginya angkat 2 jari Jempol, kpd Semua petugas dilapangan baik TNI maupun POLRI dpp Kapolda Metro dan Pangdam jaya, atas kedisiplinanya dan sikap Kesabaranya yg tidak Terpancing Emosi oleh tactik busuk mereka,”pungkasnya. (Bzz)